Sabtu, 15 Desember 2007

katarak


KATARAK

Apakah Katarak Itu ?

Katarak adalah perubahan lensa mata yang sebelumnya jernih dan tembus cahaya menjadi keruh. Katarak menyebabkan penderita tidak bisa melihat dengan jelas karena dengan lensa yang keruh cahaya sulit mencapai retina dan akan menghasilkan bayangan yang kabur pada retina. Jumlah dan bentuk kekeruhan pada setiap lensa mata dapat bervariasi.
Seorang penderita katarak mungkin tidak menyadari telah mengalami gangguan katarak apabila kekeruhan tidak terletak dibagian tengah lensa matanya. Katarak terjadi secara perlahan-perlahan sehingga penglihatan penderita terganggu secara berangsur. Katarak tidak menular dari satu mata ke mata yang lain, namun dapat terjadi pada kedua mata pada saat yang bersamaan. Katarak tidak disebabkan oleh pemakaian mata yang berlebihan dan tidak mengakibatkan kebutaan permanen apabila diatasi dengan pengobatan atau operasi. Gejala umum gangguan katarak meliputi :
  • Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek.
  • Peka terhadap sinar atau cahaya.
  • Dapat melihat dobel pada satu mata.
  • Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca.
  • Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.

Apakah Penyebab Katarak ?

Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau bertambahnya usia seseorang. Usia rata-rata terjadinya katarak adalah pada umur 60 tahun keatas.

Akan tetapi, katarak dapat pula terjadi pada bayi karena sang ibu terinfeksi virus pada saat hamil muda. Penyebab katarak lainnya meliputi :
  • Faktor keturunan.
  • Cacat bawaan sejak lahir.
  • Masalah kesehatan, misalnya diabetes.
  • Penggunaan obat tertentu, khususnya steroid.
  • Mata tanpa pelindung terkena sinar matahari dalam waktu yang cukup lama.
  • Operasi mata sebelumnya.
  • Trauma (kecelakaan) pada mata.
  • Faktor-faktor lainya yang belum diketahui.

    Bagaimana Mendeteksi Katarak ?

    Melalui pemeriksaan menyeluruh dokter spesialis mata dapat mendeteksi katarak atau penyebab lain kekeruhan pada lensa dan gangguan pada mata. Masalah lain pada mata, misalnya kornea, retina dan saraf penglihatan, mungkin akan tetap mengganggu penglihatan setelah operasi katarak. Apabila tidak memberikan hasil yang lebih baik pada penglihatan, operasi katarak mungkin tidak direkomendasikan. Dokter spesialis mata akan menjelaskan berapa banyak perbaikan penglihatan akan dicapai setelah operasi katarak.

    Apakah Katarak Dapat Mengganggu Penglihatan Dengan Cepat ?

    Kecepatan gangguan katarak pada seseorang tidak dapat diprediksi, karena katarak pada setiap individu berbeda, bahkan perkembangannyapun berbeda antara satu mata dengan mata sebelahnya. Gangguan penglihatan yang disebabkan oleh katarak akan lebih cepat dengan bertambahnya usia seseorang. Akan tetapi pada penderita diabetes, walaupun masih berusia muda, katarak akan mengganggu penglihatan lebih cepat.

    Bagaimana Mengatasi Katarak ?

    Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi. Akan tetapi jika gejala katarak tidak mengganggu, tindakan operasi tidak diperlukan. Kadang kala cukup dengan mengganti kacamata. Hingga saat ini belum ada obat-obatan, makanan, atau kegiatan olah raga yang dapat menghindari atau menyembuhkan seseorang dari gangguan katarak. Akan tetapi melindungi mata terhadap sinar matahari yang berlebihan dapat memperlambat terjadinya gangguan katarak. Kacamata gelap atau kacamata reguler yang dapat menghalangi sinar ultraviolet (UV) sebaiknya digunakan ketika berada diruang terbuka pada siang hari.

gizi buruk


Indonesia sudah merdeka lebih dari 62 tahun, namun persoalan gizi buruk masih menghantui sebagian warganya. Sungguh mengenaskan. Bagaimana bisa di era sekarang, masih dijumpai ribuan, mungkin malah ratusan ribu anak balita, yang menjadi pemegang masa depan Indonesia menderita gizi buruk.

Coba lihat dan tengok sesaat ke wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT), khususnya di Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU). Di sana masih dijumpai sebanyak 1.466 kasus gizi buruk yang melanda anak-anak balita. Itu yang terdata. Jadi mungkin angka sesungguhnya bisa lebih dari itu. Untuk mengetahui persoalan gizi buruk di wilayah ini dan bagaimana upaya mengatasinya, koresponden SP, Adhie Malehere menuliskannya dalam sorotan kali ini.

Sebanyak 1.466 kasus gizi buruk yang melanda anak-anak balita di Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Nusa Tenggara Timur (NTT), sebenarnya bukan hanya menjadi persoalan pemerintah TTU. Tetapi ternyata kasus gizi buruk juga terjadi di seluruh kabupaten di NTT, termasuk di Kota Kupang. Hanya saja, sorotan media terhadap kasus ini pertama adalah yang pertama kalinya di daerah yang berbatasan langsung dengan daerah enklave Timor Leste ini.

Ketua Lembaga Perlindungan Anak (LPA) TTU, Pater Marianus Kobatoyo SVD menilai, pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) TTU tidak serius dalam menangani 1.178 anak balita yang tertimpa gizi buruk dan kurang gizi di daerah ini. Padahal, anak-anak balita tersebut memiliki hak hidup dan hak untuk tumbuh kembang serta hak mendapatkan perlindungan dari pemerintah, antara lain melalui pelayanan kesehatan.

Dikatakan, dalam kondisi yang begitu memprihatinkan dan mendapatkan perhatian nasional, mestinya pemerintah menghentikan berbagai kegiatan yang menguras kas daerah dalam jumlah besar dengan mengalihkannya bagi kepentingan yang jauh lebih besar dan langsung menyentuh akar persoalan yang tengah dihadapi daerah ini.

Ketidakseriusan pemerintah kabupaten terlihat jelas ketika penanganan kasus gizi buruk di daerah ini pada tahun-tahun sebelumnya mendapatkan bantuan dari Care International yang membangun Panti Rawat Gizi yang tediri dari sebuah gedung lengkap dengan fasilitasnya. Bahkan, lembaga ini sempat menangani pemulihan status gizi buruk yang menimpa banyak balita di daerah ini.

Justru setelah panti tersebut diserahkan kepada pemerintah TTU, sempat tidak difungsikan karena ketiadaan dana operasional. Padahal, dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) TTU tahun 2007 telah dialokasikan Rp 189 juta untuk penanganan kasus gizi buruk di panti tersebut. Sehingga panti yang dikhususkan bagi pemulihan gizi balita terkesan diterlantarkan begitu saja.

Mestinya, tingginya kasus gizi buruk dapat ditekan dengan memanfatkan panti yang berkapasitas 18 pasien tersebut secara berkesinambungan. Di mana, pada setiap putaran ditangani 18 kasus. Apabila status gizinya membaik setelah dilakukan intervensi, pasien dapat dipulangkan dan didatangkan lagi 18 penderita gizi buruk yang tercatat di berbagai puskesmas.

Bupati TTU, Gabriel Manek dalam percakapan dengan SP di Kefamenanu, pekan lalu, secara tegas menolak anggapan, bahwa kasus gizi buruk ini hanya terjadi di TTU. "Kasus gizi buruk ini secara merata terjadi di seluruh daerah di NTT. Jadi bukan hanya menjadi persoalan yang dihadapi pemerintah TTU. Tetapi, secara pribadi saya harus berterima kasih kepada teman-teman pers atas apa yang diungkap teman-teman wartawan," imbuhnya.

Sangat Serius

Dikatakan, pemerintah sangat serius menangani kasus gizi buruk yang ada. Di mana, telah distribusikan bantuan susu dan makanan tambahan ke 15 puskesmas yang tersebar di TTU. Selain itu, alokasi dana APBD untuk penanganan gizi buruk telah dicairkan dan dimanfaatkan. Demikian pula, Panti Rawat Gizi yang ada telah dioptimalkan bagi penanganan sejumlah anak penderita gizi buruk.

Keseriusan pemerintah, lanjutnya, adalah dengan mencanangkan Gerakan Penanganan Diare dan Gizi Buruk sejak Juli 2007 dan akan disusul dengan Gerakan Kedaulatan Pangan yang akan dicanangkan April 2008. "Biasanya kasus gizi buruk muncul setelah timbulnya kasus diare. Itulah penanganannya harus serempak karena menurunnya daya tahan anak setelah terserang diare, mengakibatkan status gizi anak juga berkurang," tuturnya.

Menurut Bupati Manek, keseriusan pemerintah tidak ada artinya apabila tidak didukung masyarakat itu sendiri. Sebab, perilaku masyarakat yang sudah membudaya selama ini adalah, anak-anak yang menderita penyakit kurang mendapatkan perhatian orang tua. Anak-anak itu hanya diberi makan seadanya, tanpa peduli akan kadar gizi dalam makanan yang diberikan. Apalagi kalau persediaan pangan keluarga sudah menipis.

Sesuai hasil pelacakan yang dilakukan tim medis TTU hingga pekan kedua September 2007, terdapat 1.466 kasus gizi buruk, di antaranya 35 penderita dengan kelainan klinis dan 7.267 balita yang berstatus gizi kurang. Ini menunjukkan, persoalan gizi buruk masih tinggi di daerah ini dan perlu mendapatkan prioritas dalam penanganannya.

Nikolas Kono, salah satu warga TTU dalam percakapannya dengan SP di Bitefa mengaku, sebenarnya penyebab masalah gizi buruk yang menimpa anak-anak balita di daerah ini adalah budaya belis atau mahar dalam setiap proses perkawinan. Di mana, umumnya keluarga calon isteri menentukan harga belis dalam jumlah yang tinggi dan sering tidak masuk diakal. Dengan demikian, keluarga muda yang ada harus bekerja keras untuk menutupi hutang belis itu.

Dikatakan, suami atau kepala keluarga harus tahu diri dengan membawa ternak atau bahan makanan ketika keluarga perempuan mengadakan pesta atau hajatan. Akibatnya, persediaan makanan sangat cepat terkuras untuk pesta-pesta keluarga. Misalnya, saat anak dibaptiskan, sambut baru, pinangan, perkawinan maupun saat ada anggota keluarga yang meninggalk dunia.

Perincian

Data yang diperoleh dari Kepala Dinas Kesehatan TTU, dr Michael Suri MM mengungkapkan, hasil pelacakan yang dilakukan petugas Puskesmas Eban, tercatat 600 balita gizi kurang, 284 balita gizi buruk dan tiga penderita gizi buruk dengan kelainan klinis. Di Puskesmas Oeolo, tercatat 494 kasus gizi kurang dan 93 gizi buruk. Sementara di Nunpene, tercatat 619 gizi kurang, 102 gizi buruk dan dua gizi buruk dengan kelainan klinis.

Pelacakan di Puskesmas Sasi mencatat, 642 gizi kurang, 87 gizi buruk dan empat gizi buruk dengan kelainan klinis. Di Puskesmas Noemuti, tercatat 298 kjasus gizi kurang dan 21 kasus gizi buruk. Puskesmas Oemeu, tercatrat 364 gizi kurangh, 93 gizi buruk dan dua gizi buruk dengan kelainan klkinis. Puskesmas Maubesi mencatat 756 gizi kurang, 130 gizi buruk dan satu gizi buruik dengan kelainan klinis. Puskesmas Oelolok mencatat 760 gizi kurang, 167 gizi buruk dan tiga gizi buruk dengan kelainan klinis.

Sementara itu, di Puskesmas Wini tercatat 325 kasus gizi kurang dan 11 gizi buruk dan tiga gizi buruk dengan kelainan klinis. Puskesmas Manufui mencatat 427 gizi kurang dan 67 gizi buruk. Puskesmas Ponu mencatat 387 gizi kurang, 115 gizi buruk dan tiga gizi buruk dengan kelainan klinis. Puskesmas Kaubele mencatat 301 gizi kurang dan 45 gizi buruk. Puskesmas Tasinifu mencatat 380 gizi kurang dan 80 gizi buruk. Puskesmas Bitefa mencatat 446 gizi kurang, 109 gizi buruk dan empat gizi buruk dengan kelainan klinis.

Menurut dr Michael Suri, pelacakan yang dilakukan petugas kesehatan di setiap puskesmas tersebut menunjukkan keseriusan pemerintah dalam menangani kasus gizi buruk. Sebab, dengan adanya data resmi penderita gizi kurang dan gizi buruk maupun gizi buruk dengan kelainan klinis akan memudahkan pemerintah dalam melakukan intervensi.

Keterbatasan anggaran untuk penanganan 35 kasus gizi buruk dengan kelainan klinis saja membutuhkan biaya sebesar Rp 37,8 juta. Di mana setiap anak balita membutuhkan biaya sebesar Rp 12.000 per hari dengan masa intervensi selama 90 hari. Sementara untuk penanganan 1.466 kasus gizi buruk dibutuhkan dana sebesar Rp 1.583.280.000.

Padahal, alokasi dana APBD untuk penanganan gizi buruk hanya Rp 198 juta. Sehingga, masih dibutuhkan lagi dana sebesar Rp 1.394.280.000 untuk penanganan lanjutan. Untuk itu, segera diusulkan penambahan dana dalam Sidang Perubahan Anggaran bagi penanganan kasus gizi buruk ini.

Anggota DPR, dr Charles Mesang yang ditemui di pelataran Kantor Bupati TTU di Kefamenanu pekan lalu mengatakan, pihaknya memberikan perhatian serius terhadap kasus gizi buruk yang melanda seluruh kabupaten/ kota di NTT, termasuk di TTU. Untuk itu, pihaknya telah melakukan pembicaraan dengan Departemen Kesehatan dan hasilnya, sejumlah bantuan susu dan makanan tambahan telah didistribusikan ke seluruh daerah.

Selain itu, pemerintah kabupaten/ kota diharapkan memberikan data resmi menyangkut kasus gizi buruk yang ada di daerahnya. Sehingga nantinya dapat dibahas di DPR agar dapat ditetapkan alokasi anggaran bagi penanganan kasus gizi buruk yang masih menjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) di NTT.

"Penanganan gizi buruk membutuhkan dana yang cukup besar, sehingga perlu dukungan dana dari pemerintah pusat lewat APBN," tambahnya. *

gizi buruk

leukemia

Leukimia adalah suatu penyakit yang dikenal dengan adanya proliferasi neoplasitik dari sel-sel organ hemopoietik, yang terjadi sebagai akibat mutasi somatik sel bakal (stem cell) yang akan membentuk suatu klon sel leukimia.


Penyakit kanker darah (leukimia) menduduki peringkat tertinggi kanker pada anak. Namun, penanganan kanker pada anak di Indonesia masih lambat. Itulah sebabnya lebih dari 60% anak penderita kanker yang ditangani secara medis sudah memasuki stadium lanjut.

Leukimia merupakan keganasan hemopoietik yang mengakibatkan proliferasi klon yang abnormal dan sel bakal mengalami transformasi leukimia, terjadi kelainan pada diferensiasi dan pertumbuhan dari sel limfoid dan mieloid.

Diagnosa leukimia akut dapat ditegakkan dari pemeriksaan hematologi Hb, leukosit, tulang, yaitu tipe leukimia akut berdasarkan klasifikasi FAB.

Pewarnaan sitokimia dapat menkonfirmasi asal leukimia akut apakah dari limfoid atau mieloid. Dengan pemeriksaan immunopheno-typing diagnosis leukimia akut dapat diketahui apakah mieloid atau limfoid, bahkan LLA dapat didiferensiasi lebih lanjut apakah dari sel T ataukah sel B. Pemeriksaan sitogenik akan memberi petunjuk ada/tidaknya aberasi kromosom.

Telah dilakukan penelitian pada delapan subyek Leukimia akut, terdiri dari empat anak-anak, seorang remaja, dua dewasa dan seorang Manula (tiga orang perempuan dan lima orang laki-laki). Umur berkisar antara 4-82 tahun.

LMA terdapat pada empat subyek, anak tigabelas tahun LMA-M3, dua dewasa LMA-M2 dan seorang Manula LMA-M2. LLA sel T pada dua subyek, seorang anak dan seorang dewasa. LLA sel B pada dua subyek, seorang anak dan seorang dewasa. LLA sel T ditandai adanya CD3, CD5, dan CD7; LLA sel B ditandai adanya CD10, CD 19, CD20, CD22 dan HLA-DR. lMA ditandai adanya CD13 dan CD33.

Bila immunophenotyping (pada tujuh subyek) digunakan sebagai gold-standard untuk diagnosis leukimia akut, maka diagnosis berdasar pemeriksaan HB, leukosit, trombosit, hitung jenis dan morfologi sediaan apus darah tepi dan atau sumsum tulang sensitivitasnya adalah 71,4%. Pewarnaan sitokimia terdiri dari MPO, SBB, PAS, esterase spesifik dan esterase non-spesifik sensitivitas 100%.

Pemeriksaan sitogenetik pada enam subyek, semuanya menunjukkan aberasi kromosom. Trisomi 21 terdapat pada tiga subyek (50%), terdapat dua subyek dengan “abberrant expression”, yaitu disertai ekspresi sel mieloid pada LLA sel B dan ekspresi sel B pada LLA sel T.

Terdapat dua subyek dengan aberasi kromosom yang belum ditemui dalam literatur, yaitu 21, t(6;11)(q27;q23) pada anak LMA-M3 dan 17, 21, t(2;6)(q34;q26) pada remaja LLA sel B.


lekimia

hipertensi


ISTILAH hipertensi berasal dari bahasa Inggris "hypertension". Kata "hypertension" sendiri berasal dari bahasa Latin, yaitu "hyper" dan "tension". "hyper" berarti tekanan atau tegangan. Akhirnya hypertension menjadi istilah kedokteran yang cukup populer untuk menyebut penyakit tekanan darah tinggi. Selain itu, dalam bahasa Inggris digunakan juga istilah "high blood pressure" yang berarti tekanan darah tinggi.

Terminologi tekanan darah tinggi digunakan jika terjadi peningkatan tekanan darah diastol dan sistol atau salah satunya, dengan nilai tekanan diastol 90 mmHg atau lebih, atau tekanan sistol lebih dari 140 mmHg yang merupakan rata-rata dari dua atau lebih pengukuran (Herfindal, 2000).

Di kalangan medis alat untuk mengukur tekanan darah disebut Sphygmomanometer. Masyarakat umum menyebutnya tensimeter. Alat ini digunakan untuk mengukur tekanan darah pada pembuluh arteri perifer.

Hipertensi disebabkan peningkatan tonus otot polos vaskular perifer yang menyebabkan peningkatan resistensi arteriola dan menurunnya kapasitas sistem pembuluh vena. Hipertensi tanpa gejala, hipertensi kronik-sistolik/diastolik dapat menyebabkan gagal jantung kongestif, infark jantung, kerusakan ginjal dan cedera serebrovaskular. Jika hipertensi terdiagnosis lebih awal dan diobati dengan baik maka insiden morbiditas (angka kesakitan) dan mortalitas (angka kematian) segera menurun.

Tekanan darah merupakan tenaga yang digunakan darah yang dipompakan dari jantung untuk melawan tahanan pembuluh darah, atau sejumlah tenaga yang dibutuhkan untuk mengedarkan darah ke seluruh tubuh. Sepanjang hari, tekanan darah akan berubah-ubah tergantung dari aktivitas tubuh.

Tekanan darah bergantung kepada jantung sebagai pompa dan resistensi perifer. Jumlah darah yang dipompa jantung setiap menit dinamakan cardiac output (curah jantung). Curah jantung dipengaruhi kecepatan denyut jantung dan volume darah yang dipompakan pada setiap denyutan.

Rumusnya adalah : Tekanan darah = curah jantung X resistensi perifer.

Tekanan darah sistol yaitu tekanan tertinggi yang terjadi saat ventrikel berkontraksi, sedangkan tekanan diastol yaitu tekanan terendah yang terjadi saat jantung berada dalam fase relaksasi (Martini, 1992).

Klasifikasi tekanan darah tinggi menurut World Health Organization (WHO), organisasi kesehatan dunia di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) adalah sebagai berikut : tekanan darah normal, jika sistolik kurang atau sama dengan 140 mmHg dan diastolik kurang atau sama dengan 90 mmHg. Tekanan darah perbatasan, di mana sistolik 141-149 mmHg dan diastolik 91-94 mmHg. Tekanan darah tinggi atau hipertensi, yaitu jika sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan diastolik lebih besar atau sama dengan 95 mmHg.

Sedangkan klasifikasi tekanan darah tinggi menurut The Joint National Committee on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure, suatu badan peneliti hipertensi di AS menentukan batasan yang berbeda. Pada laporannya di tahun 1992 lalu yang lebih dikenal dengan sebutan JNC-V, tekanan darah pada orang dewasa berumur di atas 18 tahun diklasifikasikan seperti dalam tabel.

Semakin tinggi tekanan darah, maka risiko untuk mengalami komplikasi yang fatal dan non fatal semakin besar. Risiko komplikasi pada setiap tingkat hipertensi ini meningkat beberapa kali lipat bila telah terdapat kerusakan organ sasaran (target organ disease/TOD), seperti hipertrofi ventrikel kiri, serangan iskemia selintas (TIA), gangguan fungsi ginjal dan perdarahan retina.

Secara umum gejala yang dikeluhkan penderita tekanan darah tinggi adalah sakit kepala, rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk, perasaan berputar seperti tujuh keliling, serasa ingin jatuh, berdebar atau detak jantung terasa cepat dan telinga berdenging.

Penyakit penyerta hipertensi yang perlu pengobatan tersendiri dan dapat terjadi bersamaan dengan hipertensi adalah kencing manis, resistensi insulin, hiperfungsi kelenjar thyroid (hyperthyroid), rematik, gout, dan hyperlipidemia (kadar lemak darah tinggi), dan lain-lain.

Faktor risiko hipertensi adalah faktor-faktor yang bila semakin banyak menyertai penderita hipertensi, maka dapat menyebabkan orang tersebut menderita tekanan darah tinggi yang lebih berat lagi. Ada faktor risiko yang dapat dihindarkan atau diubah, namun ada pula yang tidak dapat dihindari. Faktor risiko yang tidak dapat dihindarkan atau diubah adalah genetik, suku bangsa, dan umur.

Berbagai macam faktor risiko yang dapat dihindarkan, karena dapat memperberat keadaan hipertensi, antara lain makanan yang mengandung lemak dan kolesterol tinggi, makanan dengan kadar garam tinggi, daging kambing, buah durian, minuman beralkohol yang berlebihan, makanan dan minuman yang mengandung bahan pengawet, rokok dan kopi, kegemukan (obesitas) dan stres.

Untuk mencegah terjadinya morbiditas dan mortalitas akibat tekanan darah tinggi sambil dilakukan pengendalian faktor-faktor risiko kardiovaskular lainnya. Sehingga tekanan darah harus diturunkan serendah mungkin yang tidak mengganggu fungsi ginjal, otak, jantung maupun kualitas hidup. Pada umumnya, sasaran tekanan darah penderita muda adalah 140/90 mmHg (sampai 130/85 mmHg), sedangkan pada penderita usia lanjut sampai umur 80 tahun adalah 160/90 mmHg (sampai 145 mmHg sistolik bila dapat ditoleransi).

Prinsip pengobatan hipertensi

Adapun tujuan pengobatan hipertensi adalah menurunkan tekanan darah ke tingkat yang normal, mengurangi angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas) akibat komplikasi penyakit jantung dan pembuluh darah, mencegah pengerasan pembuluh darah (aterosklerosis), mencegah memberatnya tekanan darah tinggi, pengobatan penyakit penyerta hipertensi yang dapat memperberat kerusakan organ dan memperkecil efek samping pengobatan.

Tidak semua penderita hipertensi memerlukan obat. Pada prinsipnya ada dua macam terapi yang bisa dilakukan untuk mengobati penyakit hipertensi, yaitu terapi farmakologi dengan menggunakan obat dan terapi non armakologi yaitu dengan modifikasi pola hidup sehari-hari dan kembali ke produk alami (back to nature). Bila hipertensinya tergolong ringan, masih dapat dikontrol melalui modifikasi pola hidup sehari-hari.

Modifikasi pola hidup merupakan langkah pencegahan yang baik agar penderita hipertensi tidak kambuh gejala penyakitnya. Tindakan pencegahan bagi penderita hipertensi agar penyakitnya tidak kambuh adalah diet rendah lemak, diet rendah garam, diet buah durian dan minuman beralkohol, olah raga secara teratur, berhenti merokok dan minum kopi, menurunkan berat badan bagi penderita hipertensi yang kegemukan, menghindari stres dengan gaya hidup yang santai dan mengobati penyakit penyerta. Hipertensi ringan juga dapat diobati dengan farmakoterapi dengan obat tunggal (satu macam obat). Sedangkan untuk hipertensi berat memerlukan pengobatan beberapa obat yang dipilih untuk mengecilkan efek samping dalam kombinasi.

Selain cara di atas, ada cara lain untuk menurunkan tekanan darah tinggi, yaitu dengan terapi menggunakan jus buah-buahan tertentu dan ramuan tradisional atau disebut back to nature. Antara lain menggunakan jus mengkudu, seledri (Apium graviolens) dan belimbing manis. Cara pembuatannya mudah, hanya membutuhkan satu buah mengkudu matang dan satu buah belimbing manis yang dijus. Lalu jus tadi direbus dengan 250 cc air sampai mendidih. Air rebusannya diminum dalam keadaan hangat sebanyak segelas setiap pagi atau malam hari. Ada juga yang mengombinasikan antara dua buah mengkudu matang, satu buah belimbing manis dan 100 gr seledri.

Ketiga bahan tadi dijus, lantas campuran jus yang dihasilkan direbus dengan air 250 cc sampai mendidih dan ditambahkan madu secukupnya. Lalu diminum dalam keadaan hangat sebanyak satu gelas pada pagi atau malam hari. Untuk pembuatan jus seledri caranya mudah. Seledri sebanyak 100 gr dijus dan ditambah madu secukupnya lalu diminum dua kali sehari, yaitu pagi dan sore.

Untuk daun kumis kucing (Orthosiphon stamineus), ambil daun kumis kucing sebanyak 50 gr lalu direbus dengan menggunakan air secukupnya kemudian disaring. Diminum dalam keadaan hangat segelas sehari pada pagi hari. Resep di atas telah banyak digunakan di masyarakat dan telah banyak dilakukan penelitian mengenai efek farmakologi buah mengkudu dan telah terbukti mampu menurunkan tekanan darah tinggi. Sedangkan untuk seledri dan kumis kucing telah dilakukan uji klinis oleh Dr. Fadilah Supari Sp.J.P., yang bekerja sama dengan Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Harapan Kita. Dari uji klinis tersebut ternyata pemberian fitofarmaka tiga kali sehari (250 mg) selama 12 minggu mampu menurunkan tekanan darah sistolik maupun diastolik yang setara dengan Amlodipin yang diberikan sekali sehari (5 mg). Selain itu, pemberian fitofarmaka tidak memengaruhi kadar elektrolit plasma, kadar lipid plasma maupun kadar gula darah dan tidak ditemukan efek samping yang berarti pada fungsi hati dan ginjal.

Pada awalnya daun seledri dan kumis kucing diduga dapat menurunkan tekanan darah tinggi karena memiliki efek diuretik. Setelah diteliti lebih lanjut, ternyata seledri memiliki efek seperti kalsium antagonis dan kumis kucing memiliki efek seperti beta blocker di samping efek diuretik. Seledri mengandung senyawa aktif apigenin yang berfungsi sebagai kalsium antagonis yang dapat menurunkan tekanan darah tinggi dan manitol yang berfungsi sebagai diuretik.

diabetes melitus


Diabetes mellitus (DM) (dari kata Yunani διαβαίνειν, diabaínein, "tembus" atau "pancuran air", dan kata Latin mellitus, "rasa manis"[2]) yang umum dikenal sebagai kencing manis adalah penyakit yang ditandai dengan hiperglisemia (peningkatan kadar gula darah) yang terus-menerus dan bervariasi, terutama setelah makan. Sumber lain menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan diabetes mellitus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, dan pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalismikroskop elektron.[3] dalam pemeriksaan dengan

Semua jenis diabetes mellitus memiliki gejala yang mirip dan komplikasi pada tingkat lanjut. Hiperglisemia sendiri dapat menyebabkan dehidrasi dan ketoasidosis. Komplikasi jangka lama termasuk penyakit kardiovaskular (risiko ganda), kegagalan kronis ginjal (penyebab utama dialisis), kerusakan retina yang dapat menyebabkan kebutaan, serta kerusakan saraf yang dapat menyebabkan impotensi dan gangrenamputasi. Komplikasi yang lebih serius lebih umum bila kontrol kadar gula darah buruk
Diabetes melitus adalah suatu penyakit gangguan kesehatan di mana kadar gula dalam darah seseorang menjadi tinggi karena gula dalam darah tidak dapat digunakan oleh tubuh. Diabetes Mellitus / DM dikenal juga dengan sebutan penyakit gula darah atau kencing manis yang mempunyai jumpah penderita yang cukup banyak di Indonesia juga di seluruh dunia. Pada orang yang sehat karbohidrat dalam makanan yang dimakan akan diubah menjadi glokosa yang akan didistribusikan ke seluruh sel tubuh untuk dijadikan energi dengan bantuan insulin. Pada orang yang menderita kencing manis, glukosa sulit masuk ke dalam sel karena sedikit atau tidak adanya zat insulin dalam tubuh. Akibatnya kadar glukosa dalam darah menjadi tinggi yang nantinya dapat memberikan efek samping yang bersifat negatif atau merugikan. Kadar gula yang tinggi akan dibuang melalui air seni. Dengan demikian air seni penderita kencing manis akan mengandung gula sehingga sering dilebung atau dikerubuti semut. Selanjutnya orang tersebut akan kekurangan energi / tenaga, mudah lelah, lemas, mudah haus dan lapar, sering kesemutan, sering buang air kecil, gatal-gatal, dan sebagainya. Kandungan atau kadar gula penderita diabetes saat puasa adalah lebih dari 126 mg/dl dan saat tidak puasa atau normal lebih dari 200 mg/dl. Pada orang normal kadar gulanya berkisar 60-120 mg/dl. Penyakit yang akan ditimbulkan oleh penyakit gula darah ini adalah gangguan penglihatan mata, katarak, penyakit jantung, sakit ginjal, impotensi seksual, luka sulit sembuh dan membusuk / gangren, infeksi paru-paru, gangguan pembuluh darah, stroke dan sebagainya. Tidak jarang bagi penderita yang parah bisa amputasi anggota tubuh karena pembusukan. Oleh sebab itu sangat dianjurkan melakukan perawatan yang serius bagi penderita serta melaksanakan / menjalani gaya hidup yang sehat dan baik bagi yang masih sehat maupun yang sudah sakit. Terdapat dua tipe diabetes mellitus, DM tipe 1 adalah di mana tubuh kekurangan hormon insulin atau istilahnya Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) dan DM tipe 2 di mana hormon insulin dalam tubuh tidak dapat berfungsi dengan semestinya atau istilahnya Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM). Diabetes bukan 100% penyakit turunan. Diabetes melistus bisa disebakan riwayat keturunan maupun disebabkan oleh gaya hidup yang buruk. Setiap orang bisa terkena penyakit kencing manis baik tua maupun muda. Waspada bagi anda yang memiliki orang tua yang merupakan pengidap diabetes, karena anda akan juga memiliki bakat gula darah jika tidak menjalankan gaya hidup yang baik. Resiko terkena diabetes dapat dikurangi dengan mengatur pola makan yang sehat, rajin olahraga, tidur yang cukup, menghindari rokok mirasantika dan lain sebagainya. Bagi anda yang sudah terkena diabetes sebaiknya berolahraga setiap pagi, makan makanan yang bergizi rendah karbohidrat dan lemak namun tinggi protein, vitamin dan mineral. Perbanyak makan sayuran dan makanan berserat tinggi lainnya. Rajin-rajin memeriksakan kandungan gula darah anda dan menginjeksi insulin ke dalam tubuh dan minum obat jika diperlukan sesuai petunjuk dokter secara teratur. Dengan begitu anda dapat menghindar dari resiko efek yang lebih parah.









Anemia


Anemia adalah penyakit kurang darah, yang ditandai dengan kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah dibandingkan normal. Jika kadar hemoglobin kurang dari 14 g/dl dan eritrosit kurang dari 41% pada pria, maka pria tersebut dikatakan anemia. Demikian pula pada wanita, wanita yang memiliki kadar hemoglobin kurang dari 12 g/dl dan eritrosit kurang dari 37%, maka wanita itu dikatakan anemia.

Anemia umumnya disebabkan oleh perdarahan kronik. Gizi yang buruk atau gangguan penyerapan nutrisi oleh usus juga dapat menyebabkan seseorang mengalami kekurangan darah. Demikian juga pada wanita hamil atau menyusui, jika asupan zat besi berkurang, besar kemungkinan akan terjadi anemia. Perdarahan di saluran pencernaan, kebocoran pada saringan darah di ginjal, menstruasi yang berlebihan, serta para pendonor darah yang tidak diimbangi dengan gizi yang baik dapat memiliki risiko anemia.

Perdarahan akut juga dapat menyebabkan kekurangan darah. Pada saat terjadi perdarahan yang hebat, mungkin gejala anemia belum tampak. Transfusi darah merupakan tindakan penanganan utama jika terjadi perdarahan akut. Perdarahan tersebut biasanya tidak kita sadari. Pengeluaran darah biasanya berlangsung sedikit demi sedikit dan dalam waktu yang lama.

Mineral besi, vitamin B12, dan asam folat merupakan nutrisi yang penting dalam pembentukan sel darah. Kekurangan ketiga unsur tersebut dapat menyebabkan anemia. Anemia karena defisiensi zat besi ditandai dengan adanya perubahan pada kulit. Kulit tampak pucat dan kusam. Selain itu, terjadi kerusakan kelenjar secara terus menerus, seperti lidah menjadi halus, bibir dan sudut-sudut mulut tampak pecah-pecah dan berwarna kemerahan.

Zat besi (Fe) merupakan mineral yang sangat penting bagi tubuh, meskipun dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit (trace mineral). Hemoglobin, yang berfungsi mengangkut oksigen ke seluruh tubuh, mengandung 60-70% zat besi. Kekurangan zat besi menunjukkan bahwa tubuh kita kekurangan hemoglobin dan oksigen. Zat besi dapat diperoleh dari sayuran hijau dan daging, tetapi zat besi yang terkandung dalam sayuran lebih sulit diserap dibandingkan dengan zat besi dalam daging. Namun, itu bukan berarti kita harus banyak mengonsumsi daging untuk mencukupi kebutuhan zat besi, kecuali dalam keadaan defisiensi unsur besi. Setiap hari tubuh kita membutuhkan sekitar 20 mg zat besi dari makanan. Namun dari sejumlah itu hanya sekitar 2 mg saja yang diserap oleh tubuh, dan sisanya akan dibuang bersama dengan tinja. Zat besi dalam tubuh kita berkisar 2-4 g, atau sekitar 50 mg dalam setiap kilogram berat badan pada pria dewasa. Sedangkan pada wanita hanya 35 mg dalam setiap kilogram berat badan. Umumnya defisiensi zat besi disertai dengan defisiensi asam folat.

Kebutuhan tubuh terhadap vitamin B12 sama pentingnya dengan mineral besi. Vitamin B12 bersama besi akan berfungsi sebagai bahan pembentuk sel darah merah. Bahkan kekurangan vitamin B12 tidak hanya memicu anemia, melainkan dapat mengganggu sistem saraf.

Gizi makanan sangat berkaitan dengan penyakit kurang darah. Konsumsi bahan makanan yang miskin akan asam folat, besi, dan vitamin B12 cenderung menyebabkan seseorang menjadi kurang darah (anemia). Asam folat dapat diperoleh dari daging, sayuran hijau, dan susu. Asam folat termasuk nutrisi yang sangat mudah diserap oleh usus dan berlangsung di sepanjang saluran pencernaan. Tetapi, mengapa masih banyak ditemukan kasus anemia karena kekurangan asam folat. Masalahnya adalah pada kadar gizi dalam makanan yang dikonsumsi. Gizi yang buruk atau malnutrisi merupakan penyebab utamanya.